6 Juni 2005, tampaknya menjadi momen kemenangan bagi intel. Produsen chip tersebut sudah mendominasi pasar untuk prosesor perangkat komputer berbasis Windows. Kemudian Steve Jobs juga ikut mengangkat momen ini pada Konferensi Developer Apple Sedunia, dengan mengumumkan bahwa ia akan menggunakan chip intel pada Macintosh buatannya. Pengumuman itu semakin memperkuat status Intel sebagai perusahaan pembuat chip terkemuka di era PC.
Hanya saja terdapat satu masalah: Era kejayaan PC telah berakhir. Apple kini tengah sibuk mengembangkan iPhone, yang akan mengantarkan pengguna ke zamannya smartphone modern. Intel menolak kesempatan untuk menghadirkan prosesor bagi iPhone, mereka percaya bahwa Apple mungkin tidak akan cukup menjual iPhone untuk membayar biaya pengembangan prosesor mobilenya.
Pada hari Selasa (19/04/16), Intel mengumumkan bahwa mereka telah merumahkan 12.000 karyawan, 11 persen dari total tenaga kerja sebelumnya, yang menandai bahwa perusahaan mulai beradaptasi dengan zaman pasca kejayaan PC. Intel masih bukan pemain yang cukup handal di pasar ponsel —iPhone, iPad, dan ponsel atau tablet berbasis Android— sebagian besar perangkat ini bergantung pada sebuah standar chip yang disebut dengan ARM.
Perusahaan Intel masih membuat keuntungan yang cukup. Intel mengantongi laba sekitar 2 miliar dollar pada kuartal pertama 2016. Hanya saja pertumbuhan perusahaan telah terhenti, dan para spekulan mulai merasa khawatir dengan masa depan perusahaan ini.
Jelas, Intel telah membuat kesalahan di masa lalu dengan tidak mengindahkan bisnis iPhone. Keputusan yang salah dari Intel adalah contoh klasik dari apa yang disebut dengan “gangguan inovasi”. Gangguan ini telah semakin lama menggerus di dunia teknologi. Situasi Intel saat ini bisa digambarkan seperti “teknologi yang murah, sederhana dan kurang menguntungkan secara bertahap mengikis pasar untuk teknologi yang lebih mapan.”
Intel hanyalah sebuah nama baru dari deretan panjang nama—nama perusahaan yang gagal mengatasi ancaman-ancaman yang mengganggu ini.
Smartphone menggunakan standar chip yang berbeda dengan PC.
Intel menemukan standar chip yang disebut X86 yang kemudian dipilih IBM untuk IBM PC pada tahun 1981 dan kemudian menjadi standar PC berbasis Windows secara keseluruhan. Sebagaimana pasar PC kemudian melonjak pada tahun 1980 hingga 1990, Intel juga semakin berkembang.
Kunci sukses di bisnis PC adalah kinerja perangkat. Chip dengan kemampuan komputasi yang kuat dapat menjalankan aplikasi yang lebih kompleks, menjalankan progam juga lebih cepat, dan menjalankan lebih banyak aplikasi di waktu yang bersamaan. Selama tahun 1990, Intel dan pesaing-pesaingnya berlomba-lomba untuk meningkatkan nilai megahertz chip —sebuah nilai yang dianggap semakin banyak megahertz pada chip berarti chip itu semakin cepat.
Satu hal yang dipikirkan para pembuat chip pada zaman itu, mereka tidak peduli dengan komsumsi daya. Chip dengan kinerja lebih tinggi biasanya mengkonsumsi energi lebih banyak, namun hal ini tidak masalah secara PC desktop saat itu dihubungkan dengan sumber energi listrik rumahan. Laptop bahkan menggunakan baterai yang cukup besar yang bisa disambungkan kapanpun.
Namun hal ini menjadi permasalahan di akhir tahun 2000-an, ketika pasar mulai bergeser ke smartphone dan tablet. Perangkat-perangkat ini menggunakan baterai yang lebih kecil (untuk menjaga berat perangkat) dan pengguna yang ingin menggunakannya sepanjang hari hanya dengan sekali cas. Chip X86 yang ada pada saat ini masih belum cocok untuk pengaplikasian perangkat seperti itu.
Sebaliknya perusahaan-perusahaan ini beralih ke standar yang disebut ARM. Yang dibuat oleh sebuah perusahaan di Inggris, chip ini dibangun dari dasar untuk kepentingan penggunaan mobile dengan daya yang rendah. Pada pertengahan 2000, chip ARM belum sekuat chip high-end Intel, namun chip ARM mengkonsumsi daya jauh lebih rendah, yang sangat penting bagi smartphone mulai dari Apple hingga Blackberry.
Bahkan yang lebih bagus lagi, arsitektur ARM dirancang untuk bisa dikustomisasi. ARM memberikan lisensi disain chipnya ke perusahaan—perusahaan lain seperti Qualcomm dan Samsung yang sebenarnya memproduksi chip tersebut, hal ini memberikan fleksibilitas bagi para pembuat smartphone untuk menggabungkan sejumlah fungsi yang berbeda ke dalam sebuah chip. Menggabungkan sejumlah fungsi —seperti penyimpanan data dan pemroses gambar— ke dalam satu chip membantu untuk tetap menjaga konsumsi daya turun.
Wikipedia / ARM
Penjualan chip ARM, dalam milyar.
Sekarang, chip ARM benar-benar mendominasi bisnis perangkat mobile. iPhone dan iPad dijalankan oleh sebuah chip yang disebut A9 (dan pendahulunya seperti A8 dan A7) yang berbasis pada platform ARM, yang dirancang oleh Apple, dan diproduksi oleh pembuat chip seperti Samsung dan TSMC. Kebanyakan ponsel berbasis Android bekerja menggunakan chip berbasis ARM dari Samsung, Qualcomm, dan pembuat chip ARM lainnya.
Revolusi mobile meninggalkan Intel di belakang
Intel bukan hanya memiliki satu kesempatan untuk menjadi pemain utama di binis chip mobile, tapi dua. Pertama adalah ketika Intel menolak membuatkan chip untuk iPhone. Kedua adalah kepemilikan XScale, sebuah chip berbasis ARM yang kemudian dijual lisensinya ke Marvell dengan harga 600 juta dollar pada tahun 2006.
Intel menjual XScale karena ingin mengembangkan sendiri arsitektur X86 versi daya rendah. Sehingga saat ini terciptalah Atom, dengan melepas lisensi ARM, Intel berharap sepenuhnya agar komitmen terhadap Atom tetap terjaga.
Sayangnya chip Atom tidak memiliki banyak daya tarik. Intel telah membuat banyak kemajuan meningkatkan efisiensi daya chip Atom. Namun para pembuat chip berbasis ARM lebih ahli dalam membuat chip berdaya rendah, karena mereka sudah lebih dulu fokus sejak lebih dari satu dekade. Sehingga mereka memiliki keuntungan awal. Dan pada titik ini, ARM telah memiliki pangsa pasar yang lebih besar. Yang memberikan mereka semua keuntungan —lebih banyak enggineer, software lebih baik— yang hadir menjadi platform yang lebih dominan.
Kemerosotan Intel adalah cerita klasik dari gangguan inovasi
Anda mungkin akan mengatakan bahwa Intel hanya sedang tidak beruntung dan berada diatas kuda yang salah. Intel bisa saja berusaha keras untuk memenangkan kontrak dengan Apple iPhone, dan bertaruh dengan divisi XScale ARM bukannya mencoba untuk membuat prosesor Atom. Namun Intel memilih untuk tidak melakukannya. Namun jika dilihat lebih dalam, tidak mengherankan jika intel mengambil jalan itu, lagi—lagi hal ini karena teori gangguan inovasi.
Masalah dasar bagi Intel adalah pasar chip mobile kelihatan kurang begitu menguntungkan untuk dikhawatirkan. Intel telah tumbuh dengan pangsa pasar sekitar chip PC. Karyawan-karyawannya adalah orang-orang yang ahli dalam membangun, menjual, mendistribusikan dan medukung chip PC. Ini adalah bisnis yang menguntungkan —sering Intel bisa mengisi beberapa ratus dolar dengan chip high-end nya— dan perusahaan ini telah terorganisasi untuk bisa mendapatkan keuntungan yang signifikan dari hasil penjualan chip-chipnya.
Chip mobile berbeda. Dalam beberapa kasus, sebuah perangkat mobile bisa lebih murah daripada harga prosesor intel high-end. Dengan begitu banyaknya perusahaan-perusahaan yang mencoba menjual chips ARM, harga akan sangat rendah dan margin keuntungan semakin tipis. Hal ini akan membuat Intel sulit untuk bersaing dan mendapatkan profit di pasar ini.
Dan dalam banyak kejadian, intel telah menghasilkan banyak uang dengan menjual chip PC high-end nya. Hal ini menandakan tidak cukup banyak alasan untuk bertarung pada pasar yang kelihatannya tidak memberikan kesempatan yang besar.
Tentu saja pasar mobile akan tumbuh dan lebih besar daripada pasar PC. Pembuat Chip ARM mungkin hanya menghasilkan sedikit keuntungan per chip mobile, namun pasar semakin tumbuh untuk bisa menjual milyaran chip mobile per tahun. Dengan sedikit keuntungan jika dikalikan dengan milyaran ini akan menjadi kesempatan yang besar.
Sementara itu, Intel yang khawatir jika melakukan lompatan ke chip berdaya rendah akan menurunkan permintaan terhadap chip desktop yang lebih menguntungkannya. Bagaimana jika perusahaan yang memesan chip mobilenya nanti menggunakannya untuk memproduksi laptop? Hal ini tentu saja akan memperburuk citra intel sebagai produsen chip PC.
Jelas, para pemimpin Intel sekarang telah mengakui bahwa mereka membuat kesalahan. Mereka sekarang jauh tertinggal di belakang dan membuatnya harus berjuang untuk tetap mendapatkan pijakan di pasar yang baru. Sementara chip mobile sekarang menjadi semakin kuat, kita dapat menduga bahwa nantinya chip-chip ini akan menggantikan chip laptop dan komputer desktop, semakin mengikis permintaan untuk chip intel yang lebih mahal dan haus daya.
Ironisnya, Intel kini menderita nasib yang sama dialami oleh generasi inovator-inovator komputer tiga dekade yang lalu. Pada 1980-an, ada sebuah komunitas yang berkembang sebagai pembuat “minicomputer” yang dipimpin oleh sebuah perusahaan bernama Digital Equipment Corporation.
Komputer ini hanya lebih kecil seukuran mesin cuci dibanding dengan komputer mainframe yang seukuran kamar dan harganya hanya puluhan ribu dolar.
Awal-awal PC berbasis Intel disebut dengan mikrokomputer, dan perusahaan seperti DEC menganggapnya sebagai mainan. Mereka melakukan hal ini sama persis dengan alasan menjual minicomputer 50.000 USD lebih menguntungkan daripada menjual PC berbasis intel yang saat itu dijual 2.000 USD, dan DEC tidak menduga bahwa PC akan mendapatkan pasar yang lebih besar yang layak untuk dijadikan usaha.
Dan akhirnya pasar PC benar-benar menjadi jauh lebih besar daripada minikomputer, seperti pasal ponsel sekarang yang jauh lebih besar daripada pasar PC. Namun ketika hal ini sudah menjadi jelas, semuanya sudah terlambat. DEC dan sebagian besar rekan-rekannya dipaksa keluar dari bisnis pada akhir tahun 1990-an.