Perfilman Indonesia Mula-mula
Sejarah panjang perfilman indonesia diawali dari berdirinya bioskop pertama di Indonesia pada tahun 1990 di Batavia (sekarang jakarta). Bioskop tersebut bernama ‘Gambar Idoep’ yang saat itu hanya menayangkan film bisu, film tanpa suara.
26 tahun kemudian film pertama Indonesia dibuat, adalah film bisu berjudul Loetoeng Kasaroeng yang diproduk pada tahun 1926. Meski didukung oleh aktor Indonesia, film ini disutradari oleh orang Belanda dan saat Indonesia masih merupakan Hindia Belanda
Baru pada tahun 1931, film dengan suara dibuat oleh The Teng Chun, seorang sutradara keturunan China-Indonesia, dalam film perdananya Boenga Roos dari Tcikembang (1931) meskipun hasilnya amat buruk.
Setelah menaklukan Belanda dari Indonesia, jepang juga ikut memproduksi film selama masa penjajahan di Indonesia. Namun pada era 1942-1949 menjadi era surutnya perfilman di Indonesia saat itu. Oleh Jepang, film dijadikan sebagai alat propagada. Seluruh film yang diputar di bioskop dibatasi untuk film-film propaganda Jepang.
Setelah Soekarno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, dan mulai membangun system pemerintahan Indonesia. Baru pada 30 Maret 1950, film pertama Indonesia dibuat. 30 Maret 1950 menjadi amat bersejarah karena ini adalah hari pertama pengambilan gambar dari film berjudul Darah & Doa atau Long March of Siliwangi yang disutradai oleh Umar Ismail. Ini adalah film pertama Indonesia yang benar-benar bernuansa Indonesia. Disutradarai oleh orang asli Indonesia dan diproduksi oleh perusahaan film lokal bernama Pertini (Perusahaan Film Nasional), yang didirikan oleh Usmar Ismail.
Dengan alasan itulah pada 11 oktober 1962. Dewan Film Nasional mencanangkan Hari Film Nasional diperingati setiap tanggal 30 Maret, dan hari ini tepat 30 Maret 2016 adalah hari besar bagi insan perfilman Nasional.
Era Perfilman Tanah Air
Sejak 1962 Perfilman Indonesia selalu kalah bersaing dengan film-film asing yang masuk, namun memasuki era 1980an perfilman Indonesia sempat berada pada era keemasan. Film-film lokal seperti Catatan si Boy, Blok M, dan lain sebagainya sempat merajai bioskop-bioskop lokal. Sayangnya era emas itu tak bertahan lama, setelah akhir 1990an bioskop Indonesia digempur oleh film-film Hollywood dan Bollywood. Siapa tak kenal film Kuch Kuch Hota Hai.
Kamudian hadirlah Rangga dan Cinta yang memberi gairah baru melalui film Ada Apa Dengan Cinta yang disutradari Rudy Soedjarwo pada awal 2000an. Sejak itu para pembuat film Indonesia mulai berlomba memproduksi film-film berkualitas. Sebut saja Laskar Pelangi, Negeri 5 Menara, Ayat-ayat Cinta.
Lalu munculah The Raid, film fenomenal yang memenangkan banyak penghargaan International ini seakan menjadi loncatan besar dalam dunia perfilman Indonesia. Meski diakui, Gareth Evans, sutradara dari film ini bukanlah orang Indonesia, namun melalui film inilah Indonesia mulai dilirik dunia, baik aktor maupun film itu sendiri. Beberapa film luar bahkan mulai menggunakan jasa aktor Indonesia dalam pembuatan Film.
Jika kita lihat lebih jauh, film indonesia belum benar-benar menjadi raja dinegeri sendiri. Salah satu masalah classic ketidakpopuleran film Indonesia adalah kualitas film yang dihadirkan. Jika kita menyandingkan dengan film Hollywood populer, dari segi cinematografi dan alur cerita, bedanya bak bumi dan langit. Wajarlah jika film tanah air masih menjadi pilihan kedua atau selingan dari film-film Hollywood.
Namun perlahan kita sedang menuju kearah yang lebih baik. Perfilman Indonesia saat ini sedang menggeliat keluar dari keterpurukan dan suatu saat film kita akan kembali menjadi raja dinegeri sendiri.
Melalui peringatan Hari Film Nasional 2016 ini, kita bisa belajar untuk lebih mencintai film-film negeri sendiri. Film adalah pekerjaan budaya, tak perlu kita membuat film seperti Hollywood, cukup film dengan ciri khas kita sendiri, budaya kita sendiri. Sebagai pecinta film, baiknya kita terus dukung peningkatan kualitas perfilman Indonesia dengan cara kita sendiri. Mulailah dengan cara yang mengasikan, nonton film asli Indonesia 🙂
Selamat Hari Film Nasional 2016