Siapa yang tidak kenal dengan vendor yang satu ini, sempat berjaya di tahun 2007-2009an namun kini nasibnya semakin diujung tanduk. Tahun 2007-2009 menjadi era kejayaan Blackberry, di mana pada saat itu dirilis beberapa handset yang menarik seperti Gemini, Bold, Onyx dan Storm. Blackberry kala itu mendominasi pasar ponsel dengan eksklusifitas PIN BBM yang menjadi identitas setiap pengguna handset Blackberry. Para operator juga sedang gencar-gencarnya mempromosikan Blackberry dengan berbagai paket Blackberry Service yang menarik.
Namun era eksklusifitas PIN BBM akhirnya harus berakhir semenjak Blackberry memutuskan untuk menghadirkan BBM di Android. Keputusan ini sebenarnya mempunyai dua sisi yang berlawanan. Di tengah-tengah gempuran invasi Android, Blackberry harus memutuskan pilihan yang cukup sulit. Sebenarnya Blackberry memang sudah merasa bahwa platform (software) yang mereka kembangkan kalah telak dibanding Android hal ini bisa dilihat dari spesifikasi mumpuni yang dimiliki Android dibanding dengan produk buatan mereka.
Permasalahannya adalah jika Blackberry tidak segera melepas BBM ke Android, para pengguna Android akan menggunakan layanan messaging lain. Terbukti saat ini beberapa layanan messaging seperti Whatsapp, Messenger, Google Hangouts, Line dan masih banyak lagi bermunculan di platform Android. Hal inilah yang dilihat Blackberry waktu ini. Dan kini keputusan Blackberry menghadirkan layanan messagingnya di Android berhasil membuat para pengguna Android tetap berada di layanan BBM meskipun sebenarnya aplikasi-aplikasi messaging lain menawarkan fitur-fitur yang tidak kalah menarik.
Di sisi lain, menghilangkan eksklusifitas BBM akan membahayakan penjualan handset Blackberry itu sendiri. Karena BBM adalah satu-satunya senjata yang dimiliki Blackberry saat itu. Meskipun sempat berkoar tentang OS terbaru yang lebih fleksibel OS 10 tetap tidak mampu menarik para konsumen untuk kembali ke perangkat Blackberry. Justru di akhir peluncuran produk terbaru mereka untuk mendongkrak pemasukan, Blackberry berjudi dengan meluncurkan smartphone ber OS Android.
Sayangnya gempuran persaingan di pasar Android justru semakin sadis, Blackberry harus bersaing dengan para pemain lama Android seperti Samsung, LG, Sony, HTC, Nexus yang menghadirkan perangkat-perangkat inovatif dan futuristik, belum lagi ditambah dengan serbuan handphone buatan china seperti Xiaomi, Oppo dan produk-produk lokal yang menawarkan harga miring.
Masalahnya apa yang ditawarkan Blackberry bisa didapatkan atau mungkin bahkan lebih baik pada merek smartphone lain dengan harga yang jauh lebih murah. Seperti kita tahu Blackberry Priv (Android) dijual dengan harga Rp 9 jutaan, sementara kompetitor lain menawarkan harga yang lebih murah seperti misalnya Galaxy S7 dengan harga Rp 8 Jutaan.
Dan kini seperti dilaporkan Forbes, Senin (4/4/2016), Blackberry ternyata mempunyai masalah terkait dengan pemasukan hasil penjualan produknya. pada fiskal kuartal terakhir BlackBerry menunjukkan angka penurunan dalam sektor penjualan perangkat keras yang hanya mampu menjual 600 ribu unit. meski BlackBerry masih memiliki kesempatan untuk penjualan Priv selama sisa pada 2016 ini, namun dengan melewatkan prediksi dari Wall Street dengan penjualan 850 ribu unit dan penurunan 14,3% pada penjualan di kuartal sebelumnya, hal itu merupakan tanda yang mengancam keselamatan departemen perangkat keras BlackBerry. John Chen selaku CEO Blackberry sebelumnya juga sempat mengatakan, jika memang diperlukan, BlackBerry harus menjual tiga juta handset untuk mencapai titik impas agar dapat menyelamatkan departemen hardware BlackBerry.
Chen menyatakan rencana BlackBerry untuk merilis handset Android kelas menengah dengan harga lebih murah dari Priv belum berubah. Ponsel itu akan rilis sebelum bulan September. Namun sekali lagi perlu dilihat apakah handset yang akan diluncurkan Blackberry memberikan penawaran yang lebih baik dibanding handset lain ataukah nantinya hanya akan menjadi produk ovrpriced seperti kasus-kasus sebelumnya karena keunggulan sekuriti yang selama ini digembar gemborkan dianggap sudah tidak lagi relevan.
Bagaimanakah nasib Blackberry di bulan September mendatang di tengah serbuan perangkat Android yang semakin canggih. Kita lihat saja seperti apa nasib Blackberry di masa depan.